Saat seorang muslim tidak bisa menunaikan ibadah umroh karena udzur atau halangan, badal umroh dapat menjadi alternatif solusi. Apakah ada yang belum tahu apa itu badal umroh?
Menurut KBBI, umroh adalah kunjungan atau ziarah ke tempat suci yang dilakukan sebagai bagian dari upacara haji, dan dilaksanakan setelah tiba di Makkah. Umroh dilakukan dengan cara berihram, tawaf, sai, dan bercukur, tanpa wukuf di Padang Arafah. Ibadah ini dapat dilakukan bersamaan dengan waktu haji atau di luar waktu haji.
Baca Juga
Selain itu, terdapat firman Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai ibadah umroh. Dalam buku ‘Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab – New Cover’ karya M. Quraish Shihab, dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan umat-Nya untuk menyempurnakan ibadah haji dan umrah yang semata-mata ditujukan kepada-Nya.
Hal tersebut sejalan dengan Surat Al-Baqarah ayat 196. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ
“Wa atimmul-ḥajja wal-‘umrata lillāh(i), fa’in uḥṣirtum famastaisara minal-hady(i), wa lā taḥliqū ru’ūsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah(ū), faman kāna minkum marīḍan au bihī ażam mir ra’sihī fafidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk(in), fa’iżā amintum, faman tamatta’a bil-‘umrati ilal-ḥajji famastaisara minal-hady(i), famal lam yajid faṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab’atin iżā raja’tum, tilka ‘asyaratun kāmilah(tun), żālika limal lam yakun ahluhū ḥāḍiril-masjidil-ḥarām(i), wattaqullāha wa’lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i).”
Artinya: “Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar Masjidil Haram. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.”
Mengingat umroh adalah salah satu ibadah yang dianjurkan untuk disempurnakan dalam Islam, umat Islam pun berlomba-lomba untuk menunaikannya, terutama bagi mereka yang mampu melakukannya. Namun, seringkali ada muslim yang memiliki udzur atau halangan untuk menunaikan ibadah umroh, sehingga harus mencari seseorang untuk menggantikannya atau yang disebut sebagai badal umroh. Apa saja syarat dan tata cara badal umroh? Berikut penjelasannya.
Pengertian Badal Umroh
Sebelum mengetahui syarat dan tata cara badal umroh, mari terlebih dahulu memahami apa itu badal umroh. Mengutip dari buku ‘Umrah: Panduan Ibadah Umrah Praktis Lahir Batin’ karya Ahmad Alawiy, dkk., badal umroh diartikan sebagai ibadah umroh yang dilakukan untuk menggantikan orang lain saat memenuhi syarat tertentu.
Baca Juga
Sementara itu, dalam buku ‘Peta Perjalanan Haji dan Umrah Edisi Revisi’ karya Agus Arifin, dijelaskan bahwa badal umroh adalah ibadah mengumrohkan orang lain, tetapi orang tersebut sebelumnya sudah mengumrohkan dirinya sendiri.
Syarat Badal Umroh
Apa saja syarat badal umroh? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang akan menunaikan badal umroh harus sudah mengumrohkan dirinya terlebih dahulu. Masih merujuk pada sumber yang sama, salah satu syarat badal umroh adalah saat seorang muslim sudah pernah menunaikan umroh. Ini menunjukkan bahwa umroh kedua, ketiga, dan seterusnya dapat diniatkan untuk mengumrohkan keluarga atau orang tua yang sudah wafat.
Senada dengan apa yang disampaikan dalam laman resmi Nahdlatul Ulama, badal umroh hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu. Salah satunya adalah orang yang akan membadalkan umroh harus sudah pernah menunaikannya terlebih dahulu. Selain itu, orang yang akan dibadalkan harus mengalami udzur atau halangan tertentu, seperti sakit, usia lanjut, kondisi renta, atau sudah wafat.
Menurut madzhab Imam Syafi’i, badal umroh hanya diperbolehkan bagi kaum muslim yang tidak mampu berangkat umroh, seperti yang sudah wafat atau sudah renta, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan ibadah umroh secara langsung.
Tata Cara Badal Umroh
Sejatinya, tata cara badal umroh sama seperti rangkaian ibadah umroh pada umumnya. Hal yang membedakan adalah bacaan niatnya. Masih merujuk dari sumber yang sama, berikut bacaan niat badal umroh yang dapat diamalkan oleh seorang muslim yang membadalkan umroh untuk orang lain:
نَوَيْتُ العُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهاَ للهِ تَعَالَى عَنْ فُلَانٍ
“Nawaytul ‘umrata wa ahramtu biha lillāi ta’ālā ‘an fulān (sebut nama jemaah umroh yang akan dibadalkan).”
Artinya: “Aku menyengaja ibadah umrah dan aku ihram umrah karena Allah ta’ala untuk si fulan (sebut nama jemaah umroh yang akan dibadalkan).”