Mengapa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Bergelar Al-Amin?

by | Aug 16, 2024 | Info

Salah satu sifat mulia Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Arab sebelum beliau diangkat sebagai nabi dan rasul adalah kejujurannya. Bahkan sebelum menjadi nabi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya di tengah masyarakat.

Dalam buku “Fakta dan Khayal” karya Hamka disebutkan bahwa Al-Amin berarti orang yang sangat dipercaya. Gelar ini diberikan oleh kaum Quraisy sebelum beliau diangkat sebagai nabi dan rasul. Menurut buku “Seni Kepemimpinan Ala Nabi” karya Muhammad Wildan Aulia, gelar Al-Amin sudah disematkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jauh sebelum beliau diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai nabi dan rasul. Ketika itu, beliau masih remaja, namun sudah banyak orang Arab yang mempercayainya, termasuk para pedagang yang menitipkan dagangan mereka kepada beliau.

Baca Juga

Doa Untuk Orang Yang Pergi Umroh

Gelar Al-Amin semakin melekat pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau menunjukkan keadilan dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Gelar ini menjadi bukti keagungan sifat dan kepribadian beliau, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul.

Peristiwa Peletakan Hajar Aswad, Awal Mula Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Diberi Gelar Al-Amin

Merangkum kisah dari buku Mengenal Sejarah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam oleh Muhammad Ridwan Ibnu Suwarna, pada saat Nabi Muhammad berusia 35 tahun, orang-orang Quraisy sepakat memperbaiki Ka’bah. Selain karena usianya sudah tua, banyaknya pencuri juga menyebabkan bangunan dan dinding Ka’bah semakin rapuh.

Ditambah lagi, kota Makkah pada masa itu dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul-Haram. Banjir ini dikhawatirkan dapat meruntuhkan Ka’bah.

Singkatnya, setelah pembangunan selesai dan Hajar Aswad dibagikan, terjadi perselisihan tentang siapa yang paling berhak menempatkan batu Hajar Aswad ke posisi semula. Para pemimpin dan pembesar Quraisy saling berebut karena mereka merasa paling mulia dan paling berhak untuk meletakkan batu mulia tersebut.

Pada saat itu Abu Umayyah tampil dan memberikan saran yaitu orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang yang paling dahulu ke tempat ini. Saran itu diterima semua suku, mereka bubar dan bersiap-siap agar bisa datang lebih dulu di Ka’bah.

Baca Juga

Keutamaan Beribadah di Raudhah

Keesokan harinya ternyata yang paling dahulu datang adalah Nabi Muhammad. Mereka meminta Nabi untuk menunjukkan jalan yang sebaik-baiknya tentang persoalan peletakkan Hajar Aswad agar tidak terjadi pertengkaran dan perselisihan.

Nabi Muhammad meminta sehelai kain kemudian meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut. Selanjutnya beliau meminta pemuka-pemuka Quraisy untuk memegang ujung kain pada tiap sudutnya untuk diangkat bersama-sama. Setelah sampai, Nabi meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula, cara ini adalah cara yang paling adil dan diterima oleh semua pihak.

Setelah selesai, berakhirlah perselisihan antar orang Quraisy. Mereka semua merasa puas dan senang dengan keputusan yang diambil oleh Nabi.

Masing-masing mereka merasa jadi orang yang paling mulia yang telah menggotong Hajar Aswad. Setelah kejadian itu, Nabi Muhammad semakin dikenal dengan sebutan Al-Amin yang artinya dipercaya.