Tiga Makam Mulia di Masjid Nabawi

by | Jun 28, 2025 | Info

Di tengah pusat kota Madinah Al-Munawwarah, tepatnya di dalam kompleks suci Masjid Nabawi, terdapat sebuah ruangan kecil yang begitu bermakna dalam sejarah panjang Islam. Ruangan tersebut bukanlah tempat biasa. Dahulu, tempat ini merupakan kamar pribadi dari istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Di ruang mungil inilah, kehidupan penuh kesederhanaan dan keberkahan terjadi bersama manusia paling mulia di muka bumi.

Kini, kamar itu telah menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi junjungan umat Islam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di sisi kanan makam beliau dimakamkan sahabat terdekat sekaligus mertua beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Sedangkan di sisi kiri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bersemayam sahabat besar lainnya, yaitu Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu.

Mengutip dari karya Prof. Dr. H. J. Suyuthi dalam buku Sejarah Peradaban Islam, pada hari Senin, tanggal 2 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, langit kota Madinah seakan diselimuti awan duka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan sang istri tercinta, Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.

Saat duka menyelimuti umat Islam, pertanyaan besar muncul di tengah masyarakat: di manakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan dimakamkan?

Jawabannya datang dari sabda beliau sendiri:

“ما قُبِضَ نَبِيٌّ إِلَّا دُفِنَ حَيْثُ يُقْبَضُ”
“Tidaklah seorang nabi itu dimakamkan kecuali di tempat ia meninggal dunia.”
(HR. Tirmidzi)

Maka diputuskanlah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan dimakamkan di dalam kamar Aisyah Radhiyallahu ‘Anha—tempat beliau wafat, yang juga merupakan tempat beliau biasa duduk, beristirahat, dan menyampaikan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di tanah itulah, jasad beliau dimasukkan ke liang lahad dengan penuh penghormatan dan cinta dari para sahabat.

Kisah Pemakaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu
Dua tahun setelah kepergian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kesedihan kembali menyelimuti Madinah. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, sahabat terdekat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sekaligus khalifah pertama umat Islam, wafat di usia 63 tahun. Selama hidupnya, Abu Bakar selalu berada di sisi Rasulullah, termasuk dalam momen hijrah yang bersejarah ke Madinah. Kesetiaannya yang luar biasa membuatnya mendapatkan gelar Ash-Shiddiq (yang membenarkan kebenaran Rasul).

Menjelang wafat, Abu Bakar menyampaikan satu permintaan sederhana namun penuh makna:

“Kuburkan aku di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”

Permintaan itu dipenuhi. Tanah di sebelah kanan makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam digali, dan jasad Abu Bakar pun dibaringkan di sana, bersebelahan dengan kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala yang begitu ia cintai dan junjung tinggi.

Kisah Wafatnya Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu
Sepuluh tahun kemudian, giliran Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu memimpin umat sebagai khalifah. Di bawah kepemimpinannya, Islam mencapai masa keemasan dan perluasan wilayah yang luar biasa. Namun, ajal datang tak terelakkan. Saat sedang memimpin shalat Subuh, Umar ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu Lu’lu’ah.

Dalam kondisi kritis, Umar Radhiyallahu ‘Anhu mengungkapkan satu harapan terakhir: ia ingin dimakamkan di samping Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Tetapi ada satu kendala: tempat itu adalah milik Aisyah Radhiyallahu ‘Anha yang telah menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Umar lalu mengutus putranya, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, untuk memohon izin kepada Aisyah. Dengan mata berlinang, Aisyah pun menjawab:

“Aku telah menyimpan tempat itu untuk diriku sendiri, tetapi hari ini aku mengutamakan Umar atas diriku.”

Dengan izin penuh ketulusan itu, Umar dimakamkan di sisi kiri Rasulullah. Maka, kini tiga tokoh terbesar dalam sejarah Islam berbaring berdampingan dalam formasi abadi: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di tengah, Abu Bakar di kanan, dan Umar di kiri.

Letak Ketiga Makam Mulia
Seiring waktu, Masjid Nabawi mengalami berbagai perluasan dan renovasi. Kini, ketiga makam tersebut berada dalam kompleks Masjid Nabawi, tepatnya di sudut tenggara (bagian kiri depan masjid). Meskipun tidak terlihat secara langsung karena berada dalam area suci yang disebut Rawdah Asy-Syarifah, umat Islam dari berbagai penjuru dunia tetap datang berziarah dengan penuh takzim.

Ketiga makam tersebut kini berada di balik pagar hijau berhiaskan emas yang dikenal sebagai Syubbak. Para peziarah biasanya berdiri dengan penuh hormat di depan pagar itu, lalu menyampaikan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta dua sahabat agung beliau. Sebab, sebagaimana janji Rasulullah:

“ما من أحد يسلم علي إلا رد الله علي روحي حتى أرد عليه السلام”
“Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku agar aku menjawab salamnya.”
(HR. Abu Dawud)

Ingin merasakan langsung kemuliaan Masjid Nabawi dan menziarahi tempat paling bersejarah dalam Islam ini?
Bersama Travel Umrah Nabawi Mulia, perjalanan spiritual Anda akan dibimbing dengan ilmu, kenyamanan, dan pelayanan terbaik.

🌐 Kunjungi: https://nabawimulia.co.id/
Untuk informasi lebih lengkap dan jadwal keberangkatan terbaru.