Mengutip buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha & Al-Quds oleh Mahdy Saied Rezk Kerisem, Masjidil Aqsa dikatakan sebagai kiblat pertama umat Islam. Selain itu, tempat tersebut juga lokasi berlangsungnya Isra Miraj. Hal ini diterangkan dalam surah Al Isra ayat 1,
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dikatakan dalam sejumlah kitab tafsir bahwa para malaikat-lah yang mendirikan Masjidil Aqsa pertama kalinya. Meski demikian, jumhur ulama dan yang shahih menyebut Nabi Adam Radiallahu ‘anhu yang membangunnya atas wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak diketahui pasti bagaimana bentuk bangunannya. Dialah yang menentukan tempat, panjang dan luas bangunan, lalu Adam Radiallahu ‘anhu yang mendirikannya.
Lalu, pada tahun 2000 SM Masjidil Aqsa direnovasi oleh Nabi Ibrahim Radiallahu ‘anhu dan ditinggikan. Saat itu, Raja Kan’an Arab yang merupakan penguasa Baitul Maqdis menyambut Ibrahim Radiallahu ‘anhu dan berpegang teguh pada ajaran tauhid.
Setelahnya, Nabi Yaqub Radiallahu ‘anhu juga melangsungkan perbaikan pada bangunan Masjidil Aqsa. Begitu pula dengan Nabi Sulaiman Radiallahu ‘anhu.
Dia mendirikan Masjidil Aqsa lebih besar, luas, dan indah. Sesuai sabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash, beliau bersabda:
“Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis (dalam riwayat lain disebutkan: membangun masjid Baitul Maqdis), maka ia meminta tiga perkara kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu; keputusan hukum yang sejalan dengan keputusan Allah, kerajaan yang tidak selayaknya dimiliki seseorang sesudahnya, dan agar masjid ini tidak didatangi seseorang yang tidak menginginkan selain sholat di dalamnya, melainkan ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya. Kedua perkara yang pertama telah diberikan kepada Sulaiman, dan aku berharap ia juga diberikan yang ketiga.” (HR Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)