Keutamaan dan Batas Akhir Makan Sahur

by | Mar 19, 2024 | Info

Dinukil dari Mempercepat Datangnya Rezeki dengan Ibadah RIngan karya Mukhlis Allyudin dan Enjang, dalam kitab Qurratul Ain karya Sulaiman bin Muhammad dikatakan keistimewaan sahur ada lima macam yaitu sebagai berikut.

  1. Mendapat keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah mencintai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mengamalkan sunahnya.
  2. Membedakan puasa umat Islam dengan umat yang lain.
  3. Memberikan kekuatan untuk tetap tegar pada siang hari puasa.
  4. Menjadi momen yang tepat untuk melakukan amalan lainnya, yaitu beristighfar dan memohon limpahan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala turun saat sahur.
  5. Membantu kita untuk tetap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Batas Akhir Makan Sahur

Di Indonesia dikenal istilah imsak. Istilah ini sering dipakai untuk memberitahu seseorang bahwa waktu sahur akan segera habis. Waktu imsak ini biasa dikumandangkan oleh masjid 10 menit sebelum waktu azan Subuh.

Namun, imsak tidak dapat disebut sebagai batas akhir makan sahur. Ini karena waktu imsak hanyalah sebagai pengingat.

Setelah memasuki waktu imsak pun seseorang masih boleh untuk makan dan minum. Hal ini bersandar pada salah satu hadits.

Dikisahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Zaid bin Tsabit RA pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri untuk salat, lalu beliau mengerjakan salat. Sahabat bertanya pada Anas,

“Berapa lama antara selesainya makan sahur mereka berdua dan waktu melaksanakan salat Subuh?”

Anas menjawab, “Yaitu sekitar seseorang membaca 50 ayat.”

Lalu, kapan tepatnya batas akhir makan sahur?

Dikutip dari Risalah Puasa karya Sultan Abdillah, waktu mulainya puasa atau batas akhir sahur yaitu ketika terbitnya fajar shadiq atau fajar kedua hingga matahari tenggelam. Jika fajar kedua telah terbit, seorang yang berpuasa wajib imsak, yakni menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa hingga matahari terbenam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 187,

… وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ..

Artinya: “… Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar…”

Fajar yang dimaksud dalam ayat di atas adalah fajar shadiq. Adapun jika yang terbit adalah fajar kadzib atau fajar pertama, maka seseorang masih boleh makan dan minum.

Zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerapkan dua kali azan. Setelah azan pertama yang dilakukan oleh Bilal bin Rabbah, Abdullah bin Ummi ditugaskan untuk azan saat terbitnya fajar untuk memberitahu waktu Subuh telah masuk. Umat Islam pun diwajibkan mulai berpuasa.

Berdasarkan hal tersebut, para muazin zaman sekarang dihimbau untuk mengumandangkan azan tepat dengan waktu terbitnya fajar, agar dapat menjadi pedoman pula untuk umat Islam mulai berpuasa.

Puasa Tapi Tidak Sahur

Sahur hukumnya sunnah. Dengan kata lain, walaupun tidak dikerjakan puasa seorang umat Islam akan tetap sah. Rizem Aizid dalam bukunya Salah Kaprah menjelaskan bahwa hal tersebut bersandar pada salah satu hadits.

Ummul Mukminin Aisyah Radiallahu ‘anha menceritakan, suatu hari, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menemui sahabat dan bertanya, “Apakah kalian punya makanan?”

Mereka menjawab, “Tidak”

Kemudian beliau bersabda, “Kalau begitu, saya akan puasa.” (HR Muslim, Nasa’I, dan Turmudzi)