Jangan Bercermin Terlalu Lama, Ini Alasannya

by | May 3, 2025 | Info

Bercermin merupakan kebiasaan umum yang dilakukan hampir setiap orang dalam keseharian, khususnya sebelum melakukan aktivitas di luar rumah. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk memastikan penampilan rapi dan sesuai. Terutama bagi kaum perempuan, bercermin sering menjadi rutinitas penting, terutama ketika sedang berhias. Tidak ada yang keliru dalam kebiasaan ini selama dilakukan dalam batas yang wajar. Namun, akan menjadi hal yang kurang baik jika seseorang terlalu lama berdiri di depan cermin tanpa alasan yang jelas. Bahkan dalam ajaran Islam, terdapat panduan dan adab tersendiri dalam bercermin yang sebaiknya diperhatikan.

Islam mengajarkan untuk tidak hanya memperhatikan penampilan fisik, tetapi juga memperbaiki akhlak. Salah satu adab bercermin yang dianjurkan adalah membaca doa sebelum memandang diri sendiri di cermin. Doa tersebut berbunyi:

اَللَّهُـمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ

Allahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii

Artinya:

“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah bentuk lahirku, maka perindahlah pula akhlakku.”

Doa ini mengandung makna yang dalam. Ia mengingatkan bahwa segala sesuatu yang ada pada diri manusia, termasuk rupa dan fisik, adalah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, sudah sepatutnya setiap manusia menerima dan mensyukuri apa yang telah Allah anugerahkan. Dengan membaca doa tersebut, seseorang tidak hanya memperhatikan penampilan luarnya saja, tetapi juga mengupayakan keindahan akhlaknya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya, sebagaimana firman-Nya:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Laqad khalaqna al-insaana fii ahsani taqwiim

Artinya:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)

Ayat lain yang memperkuat hal ini terdapat dalam surah Ghafir ayat 64:

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَاراً وَالسَّمَاء بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ…

Artinya:

“Allah-lah yang menjadikan bumi sebagai tempat yang stabil bagimu dan langit sebagai atap, dan membentuk rupamu lalu memperindah rupamu…” (QS. Ghafir: 64)

Begitu pula dalam surah Al-Infithar ayat 6–8, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ. الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ. فِي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ

Artinya:

“Wahai manusia! Apa yang telah memperdayakanmu (untuk durhaka) kepada Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakanmu, lalu menyempurnakan (kejadian)mu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang; dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al-Infithar: 6–8)

Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa penciptaan manusia oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sempurna dan seimbang. Maka dari itu, kegiatan bercermin hendaknya dilakukan dengan penuh rasa syukur dan tidak berlebihan. Adab Islam menganjurkan untuk berdoa, merenung, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki berasal dari Allah, termasuk penampilan fisik.

Di luar sudut pandang agama, para ahli psikologi juga menemukan bahwa terlalu sering dan terlalu lama bercermin dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Sebuah penelitian dari Leeds University School menyatakan bahwa kebiasaan bercermin dengan intensitas tinggi dapat memicu stres dan kecemasan. Hal ini disebabkan karena semakin lama seseorang memandangi dirinya sendiri, ia cenderung memperhatikan kekurangan-kekurangan kecil yang mungkin sebenarnya tidak signifikan. Lama-kelamaan, hal ini bisa berkembang menjadi gangguan psikologis yang dikenal dengan istilah Body Dysmorphic Disorder (BDD).

Body Dysmorphic Disorder adalah kondisi di mana seseorang mengalami ketidakpuasan berlebihan terhadap penampilannya. Penderita gangguan ini biasanya terus-menerus merasa bahwa tubuhnya tidak ideal atau kurang sempurna, meskipun sebenarnya ia memiliki penampilan yang normal. Dalam kasus yang parah, penderita bisa melakukan berbagai cara ekstrem untuk mengubah penampilan fisik, seperti diet ketat berlebihan, tindakan operasi plastik yang berulang, atau bahkan menyakiti diri sendiri.

Perilaku ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan kesehatan. Dalam Islam, kita diajarkan untuk menjaga diri, menghargai ciptaan Allah, serta tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, termasuk dalam urusan penampilan.

Oleh karena itu, sudah seharusnya sebagai umat Muslim kita membiasakan diri untuk bercermin secara wajar, seperlunya saja, dan senantiasa disertai dengan doa serta rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah bahwa keindahan sejati bukan hanya terletak pada rupa, tetapi juga pada akhlak dan ketakwaan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk selalu bersyukur dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Allahumma aamiin.