Surat An Nisa ayat 58 membahas tentang urgensi menjaga amanah. Ayat ini menerangkan amanah menjadi pondasi utama membangun kehidupan bermasyarakat yang harmonis serta adil.
An Nisa sendiri merupakan surat ke-4 dalam mushaf Al-Qur’an. Surat An Nisa terdiri dari 176 ayat dan diturunkan di Madinah, sehingga surat ini masuk ke dalam surat Madaniyah.
Surat An Nisa Ayat 58: Arab, Latin, dan Artinya
۞ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
Arab latin: Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumụ bil-‘adl, innallāha ni’immā ya’iẓukum bih, innallāha kāna samī’am baṣīrā
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 58
Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag RI), surat An Nisa ayat 58 memerintahkan agar menyampaikan amanat kepada yang berhak. Makna dari amanat pada ayat ini merujuk pada sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.
“Kata ‘amanat’ dengan pengertian ini sangat luas, meliputi ‘amanat’ Allah kepada hamba-Nya, amanat seseorang kepada sesamanya dan terhadap dirinya sendiri,” tulis Tafsir Kemenag RI.
Amanat Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-Nya ialah melaksanakan segala sesuatu yang Dia perintahkan serta menjauhi larangan-Nya. Sementara itu, amanat seorang manusia terhadap sesamanya seperti mengembalikan titipan seseorang, memelihara rahasia, dan bersikap adil.
Adapun, amanat seseorang terhadap dirinya sendiri seperti berbuat sesuatu yang menguntungkan dan bermanfaat bagi dirinya. Hal ini berlaku dalam soal agama maupun kehidupan dunia.
Melalui surat An Nisa ayat 58, Allah Subhanahu wa Ta’ala turut menegaskan tentang pentingnya menegakkan keadilan dalam semua aspek kehidupan. Apabila diberi tanggung jawab untuk menetapkan hukum atau memutuskan suatu perkara, kaum muslimin diminta bertindak dengan adil tanpa pandang bulu.
Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah turut menafsirkan surat An Nisa ayat 58 sebagai perintah menunaikan amanah. Ditekankan bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada pemiliknya dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil.
“Dengan demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan atau ras,” bunyi Tafsir Al-Misbah.
Sementara itu, pada kitab Tafsir Al-Baghawi, Imam Abu Muhammad Al-Baghawi mengatakan surat An Nisa ayat 58 diturunkan menceritakan Utsman bin Thalhah, seorang penjaga Ka’bah dari Bani Abdiddar. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memasuki Makkah pada hari penaklukan, Utsman menutup pintu Ka’bah dan naik ke atas atap.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kunci Ka’bah, dan diberitahu bahwa kuncinya ada pada Utsman. Ketika sang nabi meminta kunci tersebut, Utsman menolaknya dan berkata, “Jika aku tahu dia adalah Rasulullah, aku tidak akan menolak kuncinya.”
Ali bin Abi Thalib kemudian mengambil kunci dari tangan Utsman dan membuka pintu Ka’bah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke dalamnya dan salat dua rakaat. Ketika keluar, Abbas meminta kunci Ka’bah agar dia dapat menggabungkan tugas sebagai pemberi minum dan penjaga Ka’bah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian menurunkan surat An Nisa ayat 58, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diperintahkan untuk mengembalikan kunci kepada Utsman dan meminta maaf. Ali pun melakukannya, tetapi Utsman berkata, “Kau telah memaksa dan menyakitiku, kemudian kau datang dengan kelembutan.”
Ali menjawab, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat Al-Qur’an tentangmu,” dan dia membacakan ayat tersebut kepada Utsman.
Utsman kemudian menyatakan syahadatnya dan kunci Ka’bah tetap berada di tangannya. Ketika dia meninggal, dia memberikannya kepada saudaranya, Syaibah.
Kunci dan tugas penjaga Ka’bah tetap berada di tangan keturunan mereka hingga hari kiamat. Lebih lanjut, Imam Al-Baghawi menerangkan bahwa “al-amanah” dalam ayat tersebut mencakup semua bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang.
Dengan demikian, surat An Nisa ayat 58 turut menegaskan bahwa setiap individu wajib menunaikan amanah yang diembannya dengan penuh tanggung jawab.