Hajar Aswad merupakan batu yang letaknya berada di sisi Ka’bah. Batu yang diyakini berasal dari surga ini pernah hilang selama 22 tahun.
Keyakinan Hajar Aswad adalah batu dari surga berasal dari kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Menukil buku Sejarah Hajar Aswad susunan Said Muhammad Bakdasv, Hajar Aswad diserahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sebagai tanda dan lokasi dimulainya tawaf.
Meski demikian, ada batu mulia tersebut sempat hilang dicuri selama 22 tahun. Dalam catatan sejarah, ibadah haji sempat terhenti sekitar 8 tahun usai pencurian tersebut.
Baca Juga
Kelompok Qarmatian Mencuri Hajar Aswad
Menurut buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram susunan Mansya Aji Putra, Hajar Aswad hilang karena dicuri oleh kelompok Syiah bernama Qarmatian. Mereka berada di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi pada 317 Hijriah atau 930 Masehi.
Kala itu, Abu Tahir dan kelompok Qarmatian berniat mencuri Hajar Aswad. Mereka datang dari Bahrain menuju Makkah sebelum pelaksanaan haji dimulai.
Sesampainya di Makkah, penduduk menolak kedatangan kelompok Abu Tahir ini. Akhirnya, mereka membuat strategi dengan mengucap sumpah palsu memasuki Makkah dengan damai.
Abu Tahir dan para pengikutnya bahkan berpura-pura melakukan haji agar diperbolehkan masuk ke Makkah. Sebanyak 600 penunggang kuda dan 900 pasukan kelompok Abu Tahir memasuki Makkah, seperti disebutkan dalam situs Archyde.
Sumpah yang memang mereka niatkan untuk dilanggar itu benar-benar terjadi. Abu Tahir memerintahkan Ja’far bin Ilaj untuk mengambil Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa, mereka juga berhasil mengambil alih Kota Makkah.
Selain Hajar Aswad, kelompok Qarmatian juga menjarah barang-barang berharga yang ada di Ka’bah. Mereka turut merampas harta orang-orang di Ka’bah, merobek kiswah, melepas pintu Ka’bah sampai mengambil talang emasnya.
Kelompok Qarmatian juga tak segan meembantai seluruh jemaah haji di Ka’bah dan penduduk Makkah. Setidaknya ada 30 ribu jemaah yang yang sedang tawaf, iktikaf, dan salat yang dibantai. Waktu pembantaian bertepatan dengan puncak musim haji.
Sekitar 3 ribu mayat pembantaian dibuang ke dalam sumur air suci zamzam. Sementara itu, sisanya dikubur tanpa dimandikan, dikafani, ataupun di salatkan.
Kelompok Qarmatian lalu melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan nada mengejek kepada para jemaah. Mereka menganggap ibadah haji sebagai ritual penyembahan berhala seperti orang-orang pada zaman jahiliah.
Tragedi mengenaskan di kota suci tersebut menyebabkan penghentian ibadah haji selama 8 tahun berturut-turut. Ini disebabkan para jemaah takut teror keji itu terjadi pada mereka.
Hajar Aswad Ditemukan setelah 22 Tahun Hilang
Abu Tahir memerintahkan pasukannya untuk menyimpan Hajar Aswad di Masjid al Dirar yang terletak di ibu kota baru negara mereka, al Hasa di Bahrain. Di sana, Hajar Aswad disimpan selama 22 tahun.
Sejarawan Ottoman bernama Qutb al Din dalam tulisannya tahun 1857 yang dikutip dari World Bulletin menceritakan bahwa Abu Tahir ingin menjadikan Masjid al-Dirar sebagai tempat suci seperti Makkah. Tetapi, ia gagal karena sebelum itu terjadi dirinya wafat lebih dulu.
Menurut catatan Imam al Juwaini dalam Historia Islamica, Hajar Aswad baru kembali ke Ka’bah setelah 22 tahun lamanya pada 952 Masehi. Ini bertepatan dengan kondisi Kota Makkah yang kembali aman.
Hajar Aswad yang disimpan oleh kelompok Qarmatian itu harus ditebus. Mereka meminta bayaran kepada bani Abbasiyah dengan total uang fantastis agar bisa dikembalikan ke tempat semula.
Akhirnya, Hajar Aswad didapatkan kembali dengan kondisi yang rusak dan retak menjadi tujuh bagian. Demi menjaga bentuknya, penjaga Ka’bah membingkai Hajar Aswad dengan perak seperti sekarang.