Sholat witir juga menjadi amalan yang dapat dikerjakan pada malam bulan Ramadan. Sholat sunnah malam ini dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Ia berkata, “Kekasihku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepadaku untuk selalu puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan dua rakaat Dhuha dan mengerjakan salat Witir sebelum aku tidur.” (Muttafaq ‘Alaih)
Setelah sholat witir, umat Islam dapat melanjutkan membaca doa. Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdurahman bin Abza RA, berikut bacaan doa setelah sholat witir:
نَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوتِرُ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، وَكَانَ إِذَا سَلَّمَ قَالَ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ القدوس، ثلاثا يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالْآخِرَةِ
Artinya: “Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sholat Witir (tiga rakaat) dengan membaca ‘Sabbihisma rabbikal a’la’ (pada rakaat pertama), ‘Qul yaa ayyuhal kaafiruun’ (pada rakaat kedua), dan ‘Qul huwallaahu ahad’ (pada rakaat ketiga), dan setelah salam beliau membaca ‘Subhanal maalikil qudduus’. Beliau membacanya tiga kali dan memanjangkannya pada bacaan yang ketiga.” (HR Ahmad dan Abu Daud)
Berdasar hadits tersebut, maka doa yang bisa dibaca setelah sholat witir adalah:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّْوْسِ
Arab Latin: Subḥānal-malikil-quddūs. (dibaca 3 kali. Yang ketiga dipanjangkan)
Artinya: “Maha Suci Engkau penguasa yang memiliki kesucian.”
Lalu, bisa ditambahkan dengan lafal:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Arab Latin: Rabbil-malā’ikati war-rūḥ. (dibaca 1x)
Artinya: “Yang menguasai para malaikat dan ruh (Jibril).”
Kemudian, sebagaimana dikutip dari buku Panduan Shalat Lengkap oleh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, dilanjut dengan doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعْرَاذُ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
Arab Latin: Allahumma innī a’ūżu biriḍāka min sakhaṭika wa a’radu bimu’āfātika min ‘uqūbatika wa a’ūżubika minka lā uḥṣī ṡanā’an ‘alaika anta kamā aṡnaita ‘alā nafsik.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu, aku tidak dapat menghitung pujian atas diri-mu, Engkau seperti yang Engkau puji diri-Mu sendiri.” (HR Ahmad I/96, Abu Dawud no 1427, dan Tirmidzi no 3566. Hadits landasannya dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani)
Selanjutnya, doa dapat ditutup dengan bacaan berikut,
وَصَلَى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّين
Arab Latin: Wa shallalahu wa sallama ‘alaa nabiyyinaa muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahum biihsaanin ilaa yaumid-diin.
Artinya: “Semoga sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad, keluarga, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.”