Alasan Bulan Muharram Disebut Bulannya Allah

by | Jul 16, 2024 | Info

Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah dan sering kali diidentikkan dengan Tahun Baru Islam. Selain itu, bulan Muharram juga dikenal sebagai “bulannya Allah Subhanahu wa Ta’ala” atau Syahrullah. Penamaan Syahrullah memberikan status istimewa bagi bulan Muharram.

Nama Syahrullah bukan tanpa makna, ada alasan penting di balik penamaan tersebut. Mari kita simak pembahasan lebih lanjut mengenai makna dan signifikansi bulan Muharram yang disebut sebagai Syahrullah.

Alasan Bulan Muharram Disebut Bulannya Allah

Penyebutan Syahrullah pada bulan Muharram memiliki makna tersendiri. Ini diterangkan oleh Imam Suyuthi dalam buku Syarhul Adzkar yang disusun Ibnu Allan.

“Nama tersebut merupakan nama Islam, sedangkan bulan yang lain bukan; sesungguhnya nama semua bulan selainnya masih tetap seperti pada zaman jahiliah. Nama bulan Muharram dalam masa jahiliah adalah Shafar Awwal, sedangkan bulan sesudahnya adalah Shafar Tsani,” demikian bunyi keterangan yang dikutip dari Buku Induk Doa & Zikir oleh Imam Nawawi terjemahan Abu Firly Bassam Taqiy.

Ketika Islam datang, Allah Subhanahu wa Ta’ala menamai bulan tersebut sebagai Muharram. Terkait penyebutan Syahrullah ini juga termaktub dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah), yaitu Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim)

Menurut buku Khotbah Jumat Sepanjang Tahun oleh M Rouful Wahab, Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa bahwa penyebutan Syahrullah bersandar pada lafal “Allah” untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan tersebut. Ini sama seperti kita menyebut baitullah (rumah Allah) atau ahlullah (keluarga Allah).

Penamaan khusus tersebut tidak ditemui pada bulan-bulan lainnya. Ini menunjukkan keutamaan khusus pada bulan Muharram.

Muharram Termasuk Bulan Haram

Selain disebut sebagai bulannya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Muharram juga termasuk bulan haram. Makna haram di sini tidak merujuk pada status kehalalan.

Setidaknya ada empat bulan dalam kalender Hijriah yang dikategorikan sebagai haram. Terkait hal ini disebutkan dalam hadits, berikut bunyinya yang dikutip dari Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 susunan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin yang diterjemahkan Munirul Abidin.

“Sesungguhnya masa itu berputar, sebagaimana ketika Allah menjadikan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan. Empat bulan di antaranya adalah bulan mulia (bulan haram), yang tiga berturut-turut yaitu Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab (di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban).” (HR Bukhari Muslim)

Menukil dari buku Fikih Jihad: Studi Komparatif tentang Hukum dan Filosofi Jihad dalam Pandangan Al-Qur’an dan Sunnah oleh Yusuf Qardhawi yang diterjemahkan Ginanjar Sya’ban dkk, ada sejumlah larangan yang harus dipahami muslim pada bulan haram. Salah satu larangan itu adalah tidak diperbolehkannya perang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 217,

… يَسْتَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالِ فِيهِ قُلْ قِتَالُ فِيهِ كَبِيرٌ

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar…”

Selain itu, muslim juga dilarang untuk berbuat maksiat di bulan haram sebagaimana disebutkan dalam surah Al Maidah ayat 2,

… يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram …”

Keutamaan Bulan Muharram

Merangkum dari Majalah Aula Edisi Juli 2024: Istiqamahkan Ngaji susunan KH Nurul Huda Dzajuli, berikut beberapa keutamaan bulan Muharram yang dapat diraih muslim.

  1. Bulannya Introspeksi Diri

Muharram dapat dijadikan sebagai momen untuk introspeksi diri. Pergantian tahun ini menjadi keistimewaan bagi muslim untuk melakukan muhasabah, evaluasi dan introspeksi terhadap perjalanan hidup agar menjadi lebih baik.

Terlebih, pada Muharram terdapat peristiwa penting yaitu hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hendaknya, sebagai seorang muslim maka kita dapat mengambil ibrah, pelajaran dan hikmah untuk menapaki tahun baru.

  1. Pelipatgandaan Amal Baik dan Buruk

Allah Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kaum muslimin untuk memperbanyak kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan. Sebab, pada bulan Muharram segala amal baik dan buruk dilipatgandakan.

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan,

ثُمَّ اخْتَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حَرَامًا، وعَظم حُرُماتهن، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ، وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ.

Artinya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa disamping melipatgandakan perbuatan baik.”

  1. Adanya Hari Asyura

Hari Asyura bertepatan dengan 10 Muharram. Pada hari ini, banyak peristiwa penting dan bersejarah terjadi.

Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura atau ke-10 Muharram. Keutamaan puasa Asyura tercantum dalam hadits dari Abu Qatadah Radiallahu ‘anhu,

“Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam