Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat kepada hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Adapun beberapa hal yang menjadi sebab dicabutnya kenikmatan tersebut.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia. Salah satunya surah Ibrahim ayat 34 yang berbunyi,
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ ٣٤
Artinya: “Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.”
Kemudian, pada surah An Nisa ayat 94 disebutkan,
كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا ٩٤ …
Artinya: “… Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat tersebut sekaligus menjadi pengingat muslim agar selalu bersyukur atas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Terlepas dari itu merupakan sebuah ketetapan atau takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memang pasti terjadi, sebenarnya ada beberapa sebab mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut nikmat-Nya dari seorang hamba. Berikut di antaranya.
4 Sebab Dicabutnya Kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
- Kurang Bersyukur
Mengutip buku Allah Senantiasa Menjagamu karya Nurhasan, disebutkan bahwa sebab dicabutnya kenikmatan adalah kurangnya bersyukur. Sebagaimana yang diterangkan surah Ibrahim ayat 7 yang berbunyi,
اِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras’.
Ayat ini menjelaskan bahwa syukur adalah kewajiban dan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala nikmat yang sudah kita terima, sedikit atau banyak, sebentar atau lama. Kita diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mensyukurinya.
Kedua, mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti membuka jalan agar ditambah lagi nikmat itu oleh-Nya. Ketiga, orang yang tidak mau bersyukur terhadap nikmat Allah akan dicabut nikmat- nya.Nikmat itu tidak akan diambil dengan cara yang baik, tapi akan Allah ambil dengan cara yang sangat menyakitkan.
Dilansir dari Tafsir Tahlili Kemenag, ayat tersebut juga menjelaskan orang-orang kaya yang kikir atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan semakin menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.
- Tidak Pernah Bersedekah
Trisno Juwono dalam buku Sukses Menagih Hutang Dengan Hati menyebutkan sebab kedua dicabutnya kenikmatan ialah jarang atau tidak pernah bersedekah.
Semakin banyak kita sedekah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipatgandakan rezeki kita. Namun, bila kita pelit untuk mengeluarkan sedekah, maka bukan tidak mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencabut kenikmatan yang sudah kita dapat dan akan diberikan kepada orang lain. Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan pemberian kenikmatan-Nya kepada kaum-kaum tertentu untuk kemaslahatan umat manusia. Apabila mereka membelanjakannya (menggunakannya) untuk kepentingan manusia maka Allah akan melestarikannya namun bila tidak, maka Allah akan mencabut kenikmatan itu dan menyerahkannya kepada orang lain.” (HR Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
- Hidup Berfoya-Foya
Mengutip buku Rezeki: Kunci-Kunci dan Sebab-Sebab yang dapat Mendatangkan Rezeki karya Abdul Malik al-Qasim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat agar tidak terjebak dalam kenikmatan dunia lalu mengkufuri nikmat-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berbunyi, “Barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan kefakiran berada di antara kedua kelopak matanya, hidupnya tak terarah, dan hanya diberi kenikmatan dunia sebatas yang ditakdirkan untuknya saja.
Dan, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan memberinya kecukupan di hatinya, hidupnya lebih terarah, dan dunia datang kepadanya tanpa harus dicari. Dan, Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih cepat memberikan semua kebaikan kepadanya.” (HR Ibnu Majah)
Bagi mereka yang hidup berfoya-foya dengan penuh kemewahan maka nikmatnya tersebut akan dicabut dan ditimpakan azab untuk mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah). Lalu, mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu sehingga pantaslah berlaku padanya perkataan (azab Kami). Maka, Kami hancurkan (negeri itu) sehancur-hancurnya.” (QS Al Isra’ ayat 16)
- Allah Subhanahu wa Ta’ala Rindu Hamba-Nya
Sebab terakhir dicabutnya kenikmatan ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin kita kembali pada-Nya, memohon dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Hal ini diterangkan dalam surah Al An’am ayat 42 yang berbunyi,
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَآ اِلٰٓى اُمَمٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَاَخَذْنٰهُمْ بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ ٤٢
Artinya: “Sungguh, Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, (tetapi mereka membangkang), kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar tunduk merendahkan diri (kepada Allah).”
Wallahu a’lam.